LEGENDA BATU SUMONG

Hari
beranjak semakin siang. Ketika sedang asyik-asyiknya bekerja, tiba-tiba
Nyi Somorejo mendengar Si Ganang berteriak dengan suara cadelnya ,
“Mbook…ono adang owoo mbook!” (maksudnya : Mbok… ada kadal panjang). Tak
lain karena Ganang memang melihat seekor binatang yang menyerupai kadal
besar yang panjang dan menakutkan. Berhubung suara teriakan Ganang
yang cadel, ditambah lagi posisi dirinya yang sudah agak jauh dari tempat
si Ganang, Nyi Sumorejo jadi salah paham. Dia mengira kalau Ganang,
”Mbook…..wadange digowo mbook?” (Mbok…nasinya dibawa ya mbok) Maka tanpa
menoleh dan masih terus bekerja, Nyi Sumorejo menyahut, ”Iyooo, kono dipangan
wae!” (Iya sana dimakan saja). Tak lama kemudian kembali Ganang berteriak
lebih keras disertai tangisan. “Mbook… adikku diowo adang owoombook!” ( Mbok…
adikku dibawa kadal panjang huuuhuuuhuu…). Ganang terus saja
menjerit dengan tangannya yang menunjuk-nunjuk.
Tinggallah Nyi Sumorejo dan
Ganang meratap tiada henti, hingga akhirnya mengundang perhatian Ki
Sumorejo juga warga desa lainnya.
Berbondong-bondong mereka datang dan segera mengerumuni
Nyi Sumorejo. Begitu mendengar penuturan Nyi Sumorejo tentang
peristiwa tragis yang baru saja terjadi, semua orang dilanda ketakutan.
Apalagi setelah beberapa orang memberikan kesaksian bahwa hewan
ternak peliharaan mereka, seperti kambing, ayam dan sejenisnya
seringkali lenyap tak tentu rimbanya jika hewan-hewan
tersebut digembalakan di dekat batu bergoa itu.
Mereka pun yakin si kadal panjang yang melahap bayi Nyi
Sumorejo itu sesungguhnya adalah ular naga penunggu goa batu
tersebut dan biang keladi dari setiap peristiwa kehilangan ternak yang
mereka alami. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, selain bersikap lebih
berhati-hati dan tidak mencoba-coba lagi mendekati mulut goa.
Demikian
pula halnya dengan Ki Sumorejo. Dia dan seluruh keluarganya dirundung kesedihan
mendalam. Terlebih-lebih bagi Nyi Sumorejo sebagai ibu yang
menyaksikan secara langsung bayinya direnggut paksa oleh sang
naga. Namun malam harinya Nyi Somorejo mendapat isyarat melalui mimpi.
Dalam mimpinya dia datangi oleh orang tua berjanggut panjang. Orang tua
itu berpesan agar Nyi Sumorejo mengikhlaskan bayinya untuk
dirawat dan diasuh dalam goa batu tempat dirinya berebut bayi
dengan sang naga. Sejak saat itulah batu tersebut dikenal dengan nama
batu “Sumong” yang artinya batu tempat untuk nyusoni karo momong (menyusui dan
mengasuh) anak.
Komentar
Posting Komentar